Senggangkan Waktu ke Gunung Batu

1:29 AM



"Bapak mana. Bapak mana. Bapak mana. Di mana. Di mana."
"Di Jonggol."
 
Buat banyak orang setelah mendengar kata jonggol yang terpikir adalah seorang anak kecil. Bernasib mirip hachi si lebah yang sebatang kara mencari keberadaan ibunya, anak ini juga terus-menerus menanyakan dimana bapaknya berada. Iya anak tersebut Soni Wakwaw, tetapi tidak saya tidak akan membahas anak itu. Saya akan membahas lokasi di jonggol yang akhir-akhir ini sering dibicarakan. Apa? Bukan. Bukan Jonggoland, itu JungleLand maaf masih saja plesetan.




Twit diatas merupakan respon dari pertanyaan saya ke seseorang yang men-twitpic foto Gunung Batu ke @UrbanCikarang. Terlihat provokatif, saya di usia 7 tahun saja hanya bisa memanjat pohon ceri atau pohon belimbing depan rumah. Boro-boro terpikir ke gunung. Terus terang saya pun saat kuliah bukan termasuk golongan mahasiswa pecinta alam yang rutin mendaki berbagai gunung. Saya paling hanya main ke gunung sahari,ketika hendak ke mangga dua. Kalau mereka hiking saya mah sok-sok an hacking.

Berhubung lokasi yang tidak jauh dari bekasi akhirnya saya mengikuti ajakan teman pelesiran ke sana sekaligus guna melepas kepenatan yang memenuhi ingatan. Berangkat lah saya melalui rute Setu hingga Cileungsi, dan selebihnya saya percayakan kepada Google Maps yang sudah sering saya anggap sebagai penunjuk jalan yang benar. Tentunya setelah agama yang saya anut. Kurang dari 3 jam saya tiba di gunung batu. Di jam setengah 10 terlihat masih sepi dan sepertinya memang baru-baru ini kawasan sini ramai dikunjungi. Tanpa adanya biaya retribusi untuk akses masuk kesana (entah karena masih  belum dikelola oleh pemerintah setempat) kami hanya membayar parkir motor swadaya warga kampung sebesar 15 ribu .
Kaki gunung batu

Dari segi ukuran (meskipun saya tahu untuk beberapa hal,ukuran bukanlah yang utama), tinggi gunung ini hanya 875 mdpl, masih sedikit lebih tinggi dari Burj Dubai. Iya agak sedikit kontras jika harus dibandingkan dengan teman-teman yang sudah mendaki Rinjani, Semeru dan gunung-gunung yang indah menjulang. Ini mungkin seperti membandingkan Grand Indonesia dan..Bekasi Cyber Park. Gunung Batu memang jadi terdengar seperti gunung kecil lucu-lucu gitu, sempat terpikir untuk sampai ke puncak pasti tidaklah terlalu sulit. Benar saja untuk mencapai puncak dapat ditempuh kurang dari satu jam, itu pun dengan sesekali istirahat, tetapi medan untuk yang dilewati tidak semudah yang dibayangkan. Di balik ketinggian yang penuh iming-iming "hanya" 875 mdpl itu ternyata jalurnya sangat terjal. Untungnya sudah terpasang tali untuk membantu para pendaki untuk sampai puncak, akan tetapi harus tetap berhati-hati karena memang di sebelah kanan dan kiri anda adalah tebing-tebing curam. Kalau terjatuh..ya wassalam.


Abaikan saja objek yang ada di foto


Jangan berekspektasi dapat merasakan hawa dingin khas gunung ketika di puncak gunung batu, ingat ini hanya 875 mdpl. Jadi yang anda rasakan adalah panas matahari menyengat dan banyaknya serangga-serangga-terbang-yang-entah-saya-pun-tidak-tahu-namanya berterbangan dan menggigit anda. Untuk tindakan preventif terhadap hal tersebut mungkin dari rumah anda dapat memilih menggunakan sunblock agar kulit anda tidak menggelap atau autan agar kulit anda tidak digigiti serangga menyerupai tomcat...atau anda coba cari sunblock dengan ekstrak autan agar mempermudah anda terhindar dari keduanya. Dan ketika sampai di puncak selain anda akan melihat pemandangan yang syahdu, anda akan menemukan sebuah tiang lengkap dengan bendera merah putihnya, untuk apa? selain menyimbolkan nasionalisme itu mungkin bisa anda manfaatkan untuk alternatif pose berfoto anda ketimbang berpose mainstream dengan memegang kertas bertuliskan kata-kata provokativ atau ucapan cinta buat kekasih sedangkan anda jomblo (yang kadang kertasnya pun dibuang sembarangan begitu saja disana oleh beberapa oknum pendaki). Oh iya selain itu anda akan melihat plakat in memoriam meninggalnya seorang pendaki yang kabarnya karena terjatuh saat turun di gunung batu sebulanan yang lalu.


plakat in memoriam





Jika anda berpikir akan menemui kesulitan ketika naik ke atas, sebenarnya jauh lebih sulit ketika turun apalagi jika masih pemula. Terlebih ditambah ketika di puncak baru tahu kalau belum lama ada tragedi meninggalnya pendaki, kaki bisa dan jantung tiba-tiba tersetting ke mode vibrate ketika turun. Iya untuk pemula seperti saya, mana mengerti cara yang benar untuk turun dari tebing curam, untungnya saja ada mas- mas rombongan sebelah yang membantu memandu dan menjelaskan 'cara singkat turun gunung batu menggunakan tali untuk pemula dan pemalu' sehingga saya dan teman-teman dapat turun dari puncak dengan selamat :)


Naik lumayan susah.
Turun pun tak mudah.





gunakan sunblock ya

Setibanya di bawah saya baru tersadar ketika melihat ada sebuah plang peringatan yang memberitahukan bahwasanya pendakian di Gunung Batu sedang ditutup. Saya coba tanyakan kepada penjaga warung di sekitar kaki gunung sembari beristirahat ternyata memang sebenarnya kegiatan pendakian sedang ditutup oleh pemerintah desa setempat efek dari adanya pendaki yang meninggal. Cuma memang animo masyarakatnya saja yang sedang tinggi sehingga tetap saja mereka mendaki,meskipun sudah dilarang dan akan dianggap ilegal. Termasuk saya, teman-teman dan pendaki lainnya. Maafkan.

Ngomong-ngomong tahu animo kan? Iya betul sekali obat anti mabok. Mabok darat,laut dan udara.

Krik krik krik.

Larangan Mendaki

2 Comments

  1. Waaaah, padahal gw juga mau ikut. Lain kali kalo mau ke sini lagi ajak-ajak van haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah iya lo udah ke jepang sih.
      Next time pas lo udah di tanah air bro atur schedule aja ke destinasi yg mana lagi gitu :D

      Delete

Like us on Facebook